SEMOGA INFORMASI INI BERGUNA BUAT ANDA

14 Desember 2011

Fungsi Bank dalam Tinjauan Yuridis

Di Indonesia lembaga keuangan bank memiliki fungsi yang diarahkan sebagai agen pembangunan (egent of development) yaitu sebagai lembaga yang bertujuan guna mendukung pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional, ke arah peningkatan tarah hidup rakyat banyak. Fungsi tersebut sebagai penjabaran dari Pasal 4 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, yaitu bahwa perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak.

Dilihat dari fungsi pokok yang terkandung dalam pengertian bank pada Pasal 1 angka (2) Undang-Undang Perbankan, yakni menerima berbagai bentuk simpanan dari masyarakat, memberikan kredit baik bersumber dari dana yang diterima dari masyarakat maupun berdasarkan atas kemampuannya permodalan bank itu sendiri, dan memberikan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang, maka fungsi bank dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu fungsi perantara dan fungsi transmisi.

Fungsi perantara adalah penyediaan kemudahan untuk aliran dana dari masyarakat yang mempunyai dana lebih selaku penabung atau pemberi pinjaman kepada masarakat yang memerlukan atau kekurangan dana untuk memenuhi berbagai kepentingan selaku peminjam. Dalam hal ini bank sebagai pihak perantara untuk menerima, memindahkan atau menyalurkan dana diantara dua pihak yang terpisah, tanpa saling mengenal satu sama lain. Peranan ini sangat mambantu pihak pemilik dana, baik keuntungan bunga atau pembagian hasil yang diperoleh maupun keamanan dana itu dibandingkan kalau disimpan sendiri. Ini berarti risiko itu telah dialihkan atau ditanggung oleh bank. Pada umumnya penabung ingin menanamkan dananya dalan jangka waktu yang relatif pendek, sedangkan pihak peminjam lebih menyukai meminjam dalam jangka waktu yang panjang. Dua kepentingan yang bertentangan ini dapat dijembatani oleh bank, karena adanya kepercayaan masyarakat terhadap bank, baik dari pihak penabung maupun peminjam.

Fungsi transmisi berkaitan dengan peranan bank dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang dengan menciptakan instrumen keuangan, seperti penciptaan uang kartal oleh Bank Sentral, uang giral yang dapat diambil atau dipindahtangankan atau dipindahbukukan dengan menggunakan cek atau bilyet giro, yang dilakukan oleh Bank Umum dan juga alat-alat yang menyerupai uang seperti kartu bank (bank card) dalam berbagai bentuk.

Dalam perkembangan selanjutnya, sesuai dengan perkembangan perekonomian serta teknologi perdagangan, fungsi lembaga keuangan bank bertambah, yakni pemberi informasi dan pengetahuan, pemberi jaminan, penciptaan dan pemberi likuiditas. Fungsi bank sebagai pemberi informasi dan pengetahuan yaitu kemampuan bank untuk melaksanakan tugas sebagai ahli analisis kredit dan ekonomi untuk kepentingan nasabah. Hal ini memang sangat diperlukan oleh nasabah ketika sedang ingin memperluas usaha yang memerlukan bantuan kredit dari bank. Fungsi pemberi jaminan mempersyaratkan agar bank secara moral dan yuridis dapat menjamin keamanan dana yang dipercayakan kepadanya. Adapun fungsi likuiditas mengandung arti bahwa bank mampu mengembalikan dana nasabah pada saat diperlukan atau sedang jatuh tempo. Dengan demikian, nasabah tidak akan ragu-ragu menaruh dananya di bank yang bersangkutan.

02 Desember 2010

DASAR HUKUM PERBANKAN SYARIAH

Kemunculaan perbankan syariah diawali dengan disahkannya Undang-Undang No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan yang menggantikan undang-undang perbankan sebelumnya yakni Undang-undang No.14 Tahun 1967 tentang Pokok-Pokok Perbankan. Berdasarkan Undang-Undang No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan, selanjutnya dikeluarkan peraturan pelaksanaan mengenai Bank Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil yaitu dalam Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 1992 tentang Bank Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil. Dalam Pasal 13 huruf (c) Undang-Undang No. 7 tahun 1992 ditegaskan bahwa bank dapat menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi hasil sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan pemerintah. Akan tetapi dengan ditetapkannya Undang-Undang No. 10 tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-Undang No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan, peraturan pelaksana mengenai Bank Berdasarkan Prinsip Syariah ditetapkan oleh Bank Indonesia. Sehubungan dengan itu Peraturan Pemerintah No. 72 tahun 1992 dicabut dan dinyatakan tidak berlaku melalui Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 1999.
Dalam Undang-Undang No. 10 tahun 1998, keberadaan Bank Berdasarkan Prinsip Syariah disebutkan dalam usaha Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat dengan perumusan yang berbeda. Untuk Bank Umum disebutkan dalam Pasal 1 angka (3), bahwa Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan pinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran Sedangkan untuk Bank Perkreditan Rakyat disebutkan dalam Pasal 1 angka (4), yakni Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan pinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Sebagai tindak lanjut dan ganti pengaturan bank berdasarkan prinsip syariah tersebut, Bank Indonesia pada tanggal 12 Mei 1999 mengeluarkan peraturan mengenai Bank Berdasarkan Prinsip Syariah yang masing-masing dalam Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 32/34/KEP/DIR/1999 tentang Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah dan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 32/36/KEP/DIR/1999 tentang Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan Prinsip Syariah.

BANK SYARIAH

Istilah lain yang digunakan untuk sebutan Bank Islam adalah Bank Syariah. Secara akademik istilah Islam dan syariah memang mempunyai pengertian yang berbeda. Namun secara teknis untuk penyebutan Bank Islam dan Bank Syariah mempunyai pengertian yang sama.
Bank Islam adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam, yakni bank yang dalam beroperasinya mengikuti ketentuan-ketentuan syariah Islam khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalat (hubungan sesama manusia) secara Islam. Dalam tata cara bermuamalat itu dijauhi praktej-praktek yang dikhawatirkan mengandung unsur-unsur riba untuk diisi dengan kegiatan-kegiatan investasi atas dasar bagi hasil dan pembiayaan perdagangan.
Menurut Cholil Uman mengartikan yang dimaksud dengan Bank Islam adalah sebuah lembaga keuangan yang menjalankan operasinya menurut hukum Islam. Sudah tentu Bank Islam tidak memakai sistem bunga, sebab bunga dilarang oleh Islam.
Selain itu Bank Islam menurut Warkum Sumitro adalah bank yang tata cara beroperasinya didasarkan pada tata cara bermuamalah secara islami, yakni dengan mengacu kepada ketentuan-ketentuan Al-Quran dan Al Hadist.
Dari beberapa pengertian Bank Islam yang dikemukakan oleh para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan Bank Islam atau Bank Syariah adalah badan usaha yang fungsinya sebagai penghimpun dana dari masyarakat dan penyalur dana kepada masyarakat, yang sistem dan mekanisme kegiatan usahanya berdasarkan hukum Islam sebagaimana yang diatur dalam Al-Quran dan Al Hadist.